PERSIB ONLINE official blog | Members area : Register | Sign in

Fiator Ambarita: Wasit Bukan Robot

Jumat, 02 Maret 2012

Share this history on :
Sebagai pemain sepak bola, kariernya memang terbilang singkat. Namun, mantan stoper Persib ini tetap melanjutkan usahanya memajukan sepak bola Indonesia.

Inilah Fiator Ambarita, mantan pemain yang masuk ke dalam generasi emas Maung Bandung. Dia terpilih menjadi penggawa Persib pada 1990, ketika Persib berjaya sebagai juara perserikatan. Sayang, dia tidak sempat mencicipi gelar tersebut karena memilih pindah ke Bandung Raya.

“Kompetisi Perserikatan baru berjalan empat pertandingan untuk Persib. Saya sudah putuskan untuk pindah saat itu,” kata Fiator kepada INILAH.COM di kantor Pengelola Sarana Olahraga Dinas Pendidikan dan Olahraga, Stadion Persib, Jalan Ahmad Yani beberapa waktu lalu.

Fiator mengatakan, alasannya pindah ke Bandung Raya terkait dengan posisinya di tim inti. Saat itu, Fiator terbilang sulit menembus posisi tersebut. Hanya sekali kesempatannya bermain sebagai tim inti, yakni dalam laga pembuka kompetisi Perserikatan tahun 1990.

“Tahun 90, kebetulan saya di perserikatan main dalam laga pembukaan lawan Persita Tangerang. Posisi saya bek kanan, menggantikan Ade Mulyono yang cedera waktu itu. Setelah laga itu, saya selalu jadi pemain cadangan. Karena itu saya memilih pindah ke Bandung Raya,” kata Fiator yang memulai karier di Persib pada usia Junior sejak tahun 1985.

Bermain di Bandung Raya, posisi inti yang diidamkan akhirnya berhasil diraih Fiator. Tapi baru setahun bermain, cedera lutut yang cukup parah menimpanya. Karena merasa sulit kembali ke bentuk permainan terbaiknya, dia memutuskan untuk pensiun pada usia 27 tahun.

Setelah pensiun, Fiator bertekad untuk tetap eksis dan berkarya di dunia persepakbolaan Indonesia. Pada 2000, dia merintis karier sebagai wasit dengan lisensi C3, yakni untuk kompetisi tingkat kota. Karena totalitasnya, jenjang karier perwasitannya terus berkembang pesat. Pada 2004, dia sudah bertugas sebagai wasit nasional.
“2004 saya mulai memimpin pertandingan divisi utama, Kemudian sejak 2006 sampai 2010 saya dipercaya memimpin pertandingan-pertandingan di ISL (Indonesia Super League),” kenangnya.

Fiator pun berharap manajemen, pelatih, dan pemain dari klub di seluruh Indonesia untuk tetap profesional dalam menyikapi keputusan wasit. Menurutnya wasit bukanlah robot yang selalu sempurna dalam mengambil keputusan.

“Wasit bukan robot yang selalu sempurna dalam mengambil keputusan. Karena itu pasti ada kesalahan. Gol tangan Tuhan Maradona saja pernah disahkan wasit," ujarnya.

"Untuk itu, saya harap semua tim dapat menyikapi keputusan wasit dengan profesional. Karena jika kesalahan wasit terlalu diumbar, bisa saja wasit itu justru berniat membalas tim yang mengumbar kesalahannya dengan mengacaukan pertandingan tim itu kelak,” pungkas Fiator.

(Arief Brandalizme)

http://www.inilahjabar.com
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Populer